3.12.2016

Mengimitasi Ibadah Rasulullah

Mengimitasi Ibadah Rasulullah
"Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat," sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari.

"Sebagaimana 'melihat aku'," sabda beliau. Beliau tidak mengatakan "shalatlah sebagaimana shalatku." Tentu saja. Siapa yang bisa meniru batinnya shalat Rasulullah? Kita hanya bisa meniru bentuk luar. Kita hanya bisa melihat bentuk lahiriyah. Itu yang akhirnya kita tiru. Dengan kata lain, kita mengimitasi bentuk-bentuk ibadah. Tapi, jangan bermimpi bahwa dengan meniru sesempurna mungkin, sama artinya dengan kualitas ibadah kita -secara batin- sudah sama seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Tidak.

Mengimitasi sisi lahiriyah agama, tidak dengan sendirinya menjadikan kita sudah utuh agamanya. Hafal segala macam dalil dan hadis adalah satu hal. Menyamakan diri dengan sunnah adalah satu hal. Tapi, menyempurnakan sisi batin dalam beragama, ini adalah hal yang lain lagi.

Betapa banyak orang yang sisi lahiriyah agamanya tampak sempurna, namun sungguh tidak terasa menyegarkan jika kita berada di dekat mereka. Bahkan, kehadirannya membuat kita merasa asing, alih-alih merasa segar. Sisi batin agama ini yang perlu dipelajari. Inilah yang disebut sisi 'ihsan' dalam agama Islam. Jika sisi lahiriyah dibahas dalam cabang ilmu fiqh, sisi batin ini dibahas dalam cabang ilmu tasawuf. Kedua-duanya satu kesatuan, tidak bisa dipisahkan.

Ya, kualitas batin memang sulit dijangkau secara sempurna. Tapi, mau tidak mau, harus dimulai. Akui saja jika agama kita hari ini masih banyak "imitasi" saja. Tidak apa. Rabiah Al-Adawiyah kerap berdoa, "Ya Allah, jadikanlah apa yang palsu dariku menjadi yang sungguh-sungguh."

Maksudnya, ibadah dan pengabdian yang "imitasi" tadi, yang sekedar tiru-tiru, semoga Allah berkenan menyempurnakannya menjadi pengabdian yang sejati, sungguh-sungguh.

Disalin ulang dari posting Herry Mardian

Mengimitasi Ibadah Rasulullah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Posting Komentar